Saat Berita Duka/Bencana atau Musibah Menerpa


Jangan Lakukan hal berikut ini:

 

Menyebarkan HOAX
ketika informasi telah menjadi salah satu komoditas dan aset digital bagi siapa pun, termasuk clickbait yang jadi motivasi bagi sebagian content creator;  maka kehati-hatian menyampaikan informasi menjadi tanggung jawab semua pihak. Jangan terburu-buru menyebarkan informasi hanya demi dianggap yang paling tahu dan paling update. Semua akan dimintai pertanggungjawaban. Seringkali berita memang benar terjadi, namun foto ilustrasi yang disampaikan bukanlah fakta dan kejadian yang sama. Bijaklah, saring before sharing.

Menyebarkan “Disturbing Picture”
Jangan menyebarkan foto-foto korban secara vulgar. Selami perasaan keluarga korban ketika mendapatkan gambar detail anggota keluarganya apalagi jika foto-foto tersebut tidak layak untuk dikonsumsi oleh publik seperti terbuka auratnya atau tersingkat aib dan kondisi yang memprihatinkan. Jagalah perasaan anggota keluarganya dan juga hormati jenazah korban sebagaimana ia masih hidup.

JOKES
Jangan lakukan hal bodoh dengan memanfaatkan momentum, atau pun gambar-gambar yang terkait dengan bencana dan musibah sebagai bahan becandaan, olok-olokan atau sekedar mencoba menghibur, seperti membuat meme foto Ultraman yang sedang menghalau tsunami atau tokoh super hero lain yang hadir menyebabkan gempa atau semacamnya. Sungguh ini bukan lelucon.

Cucoklogi
Seringkali setelah bencana atau musibah, muncul tulisan-tulisan analisa yang irasional dan mengkait-kaitkan angka-angka dan fakta yang ada dengan hal-hal lain yang sifatnya ghaib dan teori-teori konspirasi lainnya. Kita sadar bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan, semua sudah ditakdirkan dan terjadi karena ada sebab dan akibatnya. Tentu setiap peristiwa kemudian menyisakan hikmah dan pelajaran, namun berkutat pada hal-hal yang dipaksakan untuk menjadi cocok dan kemudian menghilang substansi kita untuk menyikapi musibah dan bencana dengan bijak menjadi bergeser harus kita hindari. Misalkan mencocokkan kode pesawat yang hilang dengan kejadian-kejadian lain, atau waktu dan kejadian bencana alam dengan ayat-ayat tertentu. Jika pun cocok dan sesuai apakah sesederhana itu tafsir dan makna yang dikandung oleh ayat-ayat Kitab suci (Al Quran) yang universal dan relevan berlaku sepanjang masa?

Blaming
Setiap peristiwa tentu merupakan rangkaian sebab dan akibat. Namun terburu-buru mengeluarkan pernyataan dan kesimpulan siapa yang salah dan siapa yang harus bertanggung jawab terhadap musibah dan bencana tesebut justru tidak tepat dan akan menimbulkan masalah baru. Biarkan pihak-pihak yang terkait, berwenang dan pihak yang memiliki otoritas yang akan menjelaskan semua kepada publik. Menyalahkan dan mengkambinghitamkan pihak-pihak tertentu tidak akan menyebabkan korban berkurang dan atau kemudian bencana yang sudah terjadi bisa dicegah.

Politisasi
Sungguh norak jika musibah dan bencana yang terjadi kemudian dijadikan alat dan kendaraan untuk menaikkan elektabilitas seseorang atau kelompok politik tertentu bersamaan juga dengan merendahkan dan menurunkan popularitas lawan politik denan memanfaatkan isu bencana dan musibah sebagai bentuk hukuman, alasan dan faktor penyebab terjadinya musibah/bencana tersebut.
Apa yang sebaiknya kita lakukan saat menerima berita duka/bencana/musibah?

  1. Berdzikir. Setiap agama tentu memiliki panduannya masing-masing. Dalam Islam diajarkan sebuah dzikir yang utama saat menerima kabar duka dengan mengucap: “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun.”  Dzikir dan doa ini menjelaskan dan mendeklarasikan bahwa semua adalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya. Kalimat yang sederhana namun mampu menempatkan secara tepat posisi manusia yang lemah ini dihadapan sang Khaliq.
  2. Mendoakan korban dan keluarganya dengan maksud semoga korban yang meninggalkan mendapatkan husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan kesabaran oleh Allah SWT.
  3. Muhasabah. Kita mesti sadar dan paham, bahwa bencana datang bukan atas kehendaknya sendiri. Ia datang bisa sebagai ujian, peringatan dan bahkan adzab/hukuman bagi manusia agar segera bertaubat. Maka sikapi dengan sikap yang terbaik. Bukankah kematian adalah sebaik-baiknya nasehat? Maka jadikan momentum bencana, musibah dan kedukaan sebagai pintu bagi kita untuk mengevaluasi diri, memperbaiki diri dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang suatu saat pasti akan menghampiri kita.
  4. Berdakwah. Mengajak dan menyadarkan orang bersama-sama untuk kembali kepada kebaikan dan melakukan perbaikan adalah sesuatu yang utama setelah kita mendengar dan mengetahui sebuah bencana/musibah terjadi di sekitar kita. Mengajak dan menyadarkan orang ini tentu dengan cara yang hikmah dan penuh empati, bukan dengan cara menghakimi, menghujat apalagi merendahkan satu sama lain.

Setelah itu kita bisa melakukan tindakan dan upaya lebih lanjut diantaranya:

  • Penggalangan dana dan bantuan kepada korban jika diperlukan.
  • Mendoakan dan mendukung relawan kemanusiaan yang terjun ke lokasi bencana atas nama lembaga apapun. Toh mereka lebih baik dari yang sekedar duduk diam, karena bersedia berletih-letih membantu orang lain untuk meringankan penderitaannya, apapun simbol dan bendera entitas yang dibawanya. Hargai dan hormati sebagaimana mereka bersedia membantu tanpa pamrih kepada saudara-saudaranya. Logo dan simbol dipergunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada konstituen maupun donatur sekaligus sebagai identitas resmi saat berada di lokasi bencana. ini merupakan SOP yang sudah sewajarkan dilakukan oleh lembaga manapun.
  • Menjadikan semua yang terjadi sebagai pelajaran dan hikmah tersendiri.

 

Demikian, semoga bermanfaat.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.