Serial Sirah: Dua Perang di Bulan Ramadan

Dalam lintasan perjalanan sejarah umat Islam, momen Ramadan tidak hanya menjadi sebuah momen bulan penuh ibadah namun juga merekam banyak peristiwa besar nan menyejarah.

Di masa hidup Nabi, terutama di fase pasca hijrah, setidaknya ada 2 peristiwa perang/ekspedisi militer yang terjadi di bulan Ramadan dan terekam menjadi satu hikmah dan pembelajaran dakwah terbaik bagi kita.

Dua perang besar yang  menjadi tonggak perjalanan dakwah Nabi yang luar biasa.

Dua peristiwa perang yang monumental ini menggabungkan dua konsep: Jihad dan shiyam (puasa). “Jihad” dimaknai sebagai “bersungguh-sungguh”. Dan dalam Islam, perang dimana di dalamnya terdapat pengorbanan harta dan jiwa menjadi sebuah konskuensi dari kesungguhan dan bukti keimanan seorang muslim, sehingga perang senantiasa dimaknai sebagai jihad tertinggi bagi seorang muslim. Sedangkan shiyam (puasa) di bulan Ramadan adalah periode penempaan fisik dan ruhiah terbaik bagi seorang muslim melalui berbagai ibadah utama sehingga ia bisa mencapai kondisi spritual tertinggi.

17 Ramadan 2H, Perang Badar (Qubro)
20 Ramadan 8H, Fathul Mekkah (Conquest of Makkah)


Apa yang bisa kita ambil sebagai ibrah dan hikmah dari 2 perang besar di masa Nabi yang keduanya berlangsung saat kaum muslimin sedang berpuasa?

Perang Badar terjadi sebagai respon kaum Quraisy atas upaya pengambilan kembali hak kaum Muhajirin terhadap harta mereka yang ditinggalkan saat hijrah meninggalkan Mekkah sekira 2 tahun sebelumnya.

Rencana penyergapan kafilah dagang Abu Sofyan yang sedang menuju ke Mekkah dari perniagaan di Syam ini dapat dihindari namun pengerahan pasukan Quraisy sudah tak terbendung. Akhirnya kedua kubu memasuki fase perang resmi pertama melalui aksi militer 1000-1300 pasukan Quraisy melawan 300-an pasukan Muslimin. Kekuatan spiritual dan keyakinan menjadi faktor penentu kemenangan kaum Muslimin.

Kembali Allah menunjukkan bahwa pasukan yang besar tidak selalu menjadi faktor penentu kemenangan. Justru pasukan yang kecil namun memiliki kekuatan ruh yang dilandasi ketaatan dan keyakinan kepada Allah membuat mereka meraih kemenangan yang gemilang.


Fathul Mekkah terjadi setelah 2 tahun perjanjian Hudaibiyah yang dilanggar sendiri oleh Quraisy. 20 Ramadan 8H, 10.000 pasukan muslim masuk ke Mekkah melalui beberapa arah. Kondisinya kini terbalik, mereka yang selama ini teraniaya, hingga terpisah dengan keluarga, yang terusir dari tanah tumpah darahnya kini dengan izin Allah mampu kembali dan menguasai Mekkah tanpa sedikit pun perlawanan.

Ujungnya begitu mengharukan, pemberian amnesti kepada penduduk Mekkah! Sekaligus memposisikan Abu Sufyan secara khusus sebagai kunci untuk mengkondisikan perdamaian. Abu Sufyan pemimpin Mekkah tertinggi saat itu, sebagai simbol perlawanan dan sekaligus kekuatan Quraisy— akhirnya memeluk Islam dan menjadi bagian dari dakwah hingga akhir hayatnya.

Dari peristiwa penaklukan Mekkah yang nyaris tidak ada pertumpahan darah itu makin mengokohkan posisi Islam di Jazirah dan mendorong hampir seluruh kabilah dan suku-suku Arab di Hijaz berbondong-bondong masuk dan menerima dakwah Islam.

Dua perang ini memberikan banyak sekali hikmah dan pelajaran.

Satu perang terjadi di saat kondisi sulit dan sedikit, satu perang terjadi di saat kondisi kuat dan banyak. Keduanya terjadi sebagai respon dan reaksi atas provokasi/ancaman permusuhan dan yang satu atas pelanggaran perjanjian. Yang satunya membuktikan bagaimana Islam hadir untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, yang satu menunjukkan bagaimana Islam mampu menghadirkan perdamaian dan kemuliaan akhlak di atas keimanan.

Wallahu’alam.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.