Antara AI, Manusia, dan Pembelajaran Masa Depan

AI akan menggantikan peran manusia dalam dunia kerja. Sebuah kekhawatiran klasik yang sudah lama diramalkan banyak orang.

Kita memang menyadari bahwa big data, artificial intelligence (AI) dan machine automation atau robot hari demi hari kian cerdas dan membantu banyak pekerjaan manusia bahkan pada beberapa hal bisa lebih presisi, cepat dan akurat.

Tapi benarkah manusia akan benar-benar bisa digantikan oleh mesin?

Malcolm Frank, Paul Roehrig dan Ben Pring senada dengan Eric Mosley dan Derek Irvine kalau masa depan bisa menjadi lebih human centric meski teknologi mengubah banyak hal, karena manusia memiliki hal yang tidak dimiliki oleh robot: kreativitas, inovasi, fleksibilitas dan kerjasama.

Persoalannya kini tinggal sejauh mana kita memandang manusia dalam landskap industri; apakah ia sebagai beban/cost atau investasi dan aset?

Sebagai orang tua yang ditakdirkan sebagai “digital migran”, diskusi dan obrolan soal bagaimana teknologi dan ekosistem digital yang terus merangsek dan merubah banyak hal di aspek kehidupan kita saat ini seakan tak pernah selesai. Terutama saat mendesain dan menjalankan program #internetbaik dulu.

Belakangan, perkembangan teknologi kecerdasan buatan semakin luar biasa. Bahkan manipulasi kecerdasannya kadang sudah diluar nurul dan fikri. Cerdasnya bukan mainan.

Di dalam sebuah WAG, seorang teman meng-inject sebuah prototype aplikasi ChatBot sebagai salah satu member. Dan tentu menarik, kami para member group kemudian bisa berkomunikasi, bertanya, dan ngobrol intens dengan sang Bot.

Seorang teman kemudian bertanya soal 4 persamaan dasar rumus Maxwell yang dulu buat kami para calon engineer telecommunication harus jungkir balik memahami dan mengaplikasikan rumus yang menjadi pondasi teori medan elektromagnetik yang njlimet itu dengan sangat cepat. Padahal ujung-ujungnya setelah kami bekerja di dunia telco, rumus itu pun hanya jadi “candaan ruang tengah” saja.. wkwk. Eh, tapi bukannya sia-sia ya mempelajarinya… tetap pada akhirnya kami memahami dan meyakini bahwa dunia ini begitu kompleks sekaligus sederhana. 🙂

Akhirnya muncul sebuah pertanyaan: “Ketika semua pertanyaan scientology dan hal-hal ilmiah lain bisa dijawab oleh bot semacam ini, apakah sekolah dan mencari gelar pendidikan masih relevan? Apalagi sekolah yang sampai saat ini masih sangat mengunggulkan nilai-nilai di atas kertas semata?”

Jawaban si Bot: “Meskipun teknologi dan kecerdasan buatan semakin maju, pendidikan formal masih memiliki peran penting dalam membentuk pikiran kritis, kemampuan berpikir analitis, dan keterampilan sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah dan gelar pendidikan juga memberikan landasan yang kokoh dalam mempelajari berbagai disiplin ilmu, memahami dunia dengan lebih luas, dan mengembangkan keterampilan khusus yang diperlukan dalam karier tertentu.”

“Selain itu, pendidikan formal juga memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan sesama siswa, dosen, dan mentor, yang dapat membantu dalam pengembangan kepribadian, jaringan sosial, dan keterampilan kerja tim. Gelar pendidikan juga sering kali menjadi syarat penting dalam mencari pekerjaan yang kompetitif, di mana perusahaan masih menghargai kualifikasi akademik.”

“Jadi, meskipun kemajuan teknologi memberikan akses ke informasi yang tak terbatas, sekolah dan mencari gelar pendidikan tetap relevan dalam membentuk individu secara holistik dan memberikan keunggulan kompetitif dalam dunia kerja.”

Saya kemudian bertanya lebih lanjut: “Hmm, gitu ya Bot. Pendidikan tetap diperlukan namun gelar dan atributnya tidak selalu jadi jaminan atas kompetensi dan kapastias seseorang. Lagi-lagi harus diuji dan divalidasi. Dan kalau teknologi sudah secanggih itu, kira-kira pembelajaran apa yang paling dibutuhkan di masa depan?”

Jawaban si Bot: “Anda benar, gelar pendidikan tidak selalu menjadi jaminan atas kompetensi dan kapasitas seseorang. Validasi dan pengujian terhadap kemampuan individu tetap penting untuk menilai kualitas seseorang. “

Lebih lanjut dia menjelaskan, “Mengenai pembelajaran di masa depan, dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang, ada beberapa hal yang mungkin menjadi fokus penting:

  • Ketrampilan Digital: kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi baru dan memahami penggunaannya akan menjadi ketrampilan yang sangat dibutuhkan di masa depan. Pembelajaran tentang coding, analisis data, keamanan siber, dan kecerdasan buatan akan semakin penting.
  • Keterampilan Kritis dan Kreatif: Di era informasi yang berlimpah, kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah dengan cara yang inovatif akan menjadi keterampilan yang sangat berharga. Pembelajaran yang mendorong pemikiran kritis, kreativitas, dan kemampuan berpikir sistemik akan menjadi penting.
  • Keterampilan Kolaborasi dan Komunikasi: Dalam dunia yang semakin terhubung, kemampuan untuk bekerja dalam tim, berkomunikasi dengan baik, dan berkolaborasi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan profesional akan menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan.
  • Pembelajaran Seumur Hidup: Dalam era perubahan yang cepat, kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi akan menjadi kunci sukses. Pembelajaran seumur hidup, termasuk kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan sumber daya pendidikan yang tersedia secara online, akan menjadi penting.
  • Keterampilan Emosional dan Kesejahteraan Mental: Di tengah tekanan dan stres yang semakin meningkat, keterampilan emosional seperti kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan kesejahteraan mental akan menjadi penting. Pembelajaran tentang manajemen emosi, resiliensi, dan kesehatan mental akan menjadi aspek penting dalam pendidikan di masa depan.

Pembelajaran-pembelajaran ini diharapkan dapat mempersiapkan individu untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat.”

Demikian sekedar sebuah gambaran dan hasil diskusi dengan sebuah purwarupa ChatBot yang mampu memperlihatkan kapabilitas teknologi dapat memberikan kemudahan namun sekaligus tantangan bagi kita bagaimana kita mampu memposisikannya tetap sebagai penambah nilai, dan bukan menyisihkan esensi keberadaan manusia sebagai makhluk unggul.

Tetap semangaaat!

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.